cari

Faktor Penyebab Pelajar Putus Sekolah Didesa



download dan baca selengkapnya disini 



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Sekolah adalah suatu lembaga yang memang dirancang khusus untuk pengajaran untuk mengembangkan para murid (siswa) di bawah pengawasan para guru. Sistem ini yang membuat para siswa bisa mengalami kemajuan dengan melalui serangkaian sekolah tersebut. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum beberapa tujuaan negara Indonesia, yang salah satunya yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa” (Alenia Ke-4 Pembukaan UUD 1945) , dan untuk mencapai tujuan tersebut maka harus terselenggara pendidikan nasional yang bermutu, yang pada akhirnya membawa perubahan bagi Indonesia ke arah yang lebih baik. Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting dalam sebuah negara, karena pendidikan sebagai jembatan menuju peradaban yang lebih maju.
Meski pemerintah sudah menyuarakan pendidikan gratis, tetap saja angka putus sekolah dinegeri ini tidak berkurang (komnasham, 2011). Angka putus sekolah merata diberbagai daerah begitu juga pada anak-anak di  desa karang jadi kecamatan Belitang III Kabupaten OKU Timur,. Mengingat penting pendidikan untuk masa depan bangsa dan terlebih kemajuan pribadi anak, semestinya kita peduli untuk mulai mempelajari sebab dari tingginya angka putus sekolah di lingkungan kita. Hal inilah yang menarik peneniliti untuk mendalami faktor penyebab banyaknya pelajar putus sekolah desa karang jadi, Kecamatan Belitang III kabupaten OKU Timur.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1.     Apa faktor penyebab anak putus sekolah desa karang jadi ?
2.     Bagaimana menanggulangi anak putus sekolah desa karang jadi ?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1.     Menjelaskan faktor penyebab anak putus sekolah desa karang jadi.
2.     Menjelaskan upaya menanggulangi anak putus sekolah desa karang jadi.

1.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan penelitian penulis mengambil sebuah hipotesis bahwa ekonomi menjadi penyebab banyaknya jumlah anak putus sekolah di  desa karang jadi.



BAB II
LANDASAN TEORI



2.1  Definisi Sekolah
Sekolah adalah tempat didikan bagi anak - anak. Tujuan dari sekolah adalah mengajarkan anak untuk menjadi anak yang mampu memajukan bangsa.Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa / murid di bawah pengawasan guru. ( Dari Wikipedia bahasa Indonesia, 2015)
Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya  wajib. Dalam sistem ini, siswa kemajuan melalui serangkaian sekolah. Nama-nama untuk sekolah-sekolah ini bervariasi menurut negara (dibahas pada bagian Daerah di bawah), tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak-anak muda dan sekolah menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar.
Selain sekolah-sekolah inti, siswa di negara tertentu juga mungkin memiliki akses dan mengikuti sekolah-sekolah baik sebelum dan sesudah pendidikan dasar dan menengah. TK atau pra-sekolah menyediakan sekolah beberapa anak-anak yang sangat muda (biasanya umur 3-5 tahun). Universitas, sekolah kejuruan, perguruan tinggi yang tersedia setelah sekolah menengah. Sebuah sekolah mungkin juga didedikasikan untuk satu bidang tertentu, seperti sekolah ekonomi atau sekolah tari. Alternatif sekolah dapat menyediakan  kurikulum  dan metode non-tradisional.
Ada juga sekolah non-pemerintah, yang disebut sekolah swasta. Sekolah swasta mungkin untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus ketika pemerintah tidak bisa memberi sekolah khusus bagi mereka keagamaan, seperti sekolah Islam, sekolah Kristen, hawzas, yeshivas dan lain-lain, atau sekolah yang memiliki standar  pendidikan yang lebih tinggi atau berusaha untuk mengembangkan prestasi pribadi lainnya. Sekolah untuk  orang dewasa meliputi lembaga-lembaga pelatihan perusahaan dan pendidikan  dan pelatihan militer.
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang besar kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai  pelajaran di atas. (Edukasimedia, 2011)
Sedang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri sekolah berarti lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran menurut tingkatannya.
Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi: merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi  pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah. Bangunan sekolah memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang lain. Ketersediaan sarana dalam suatu sekolah mempunyai peran penting dalam terlaksananya proses pendidikan. (Wikipedia, 2015)

2.2  Faktor Umum Penyebab Anak Putus Sekolah
Beberapa penyebab umum yang sering mempengaruhi anak sehingga tidak dapat menyelesaikan sekolah, wajar saja terjadi karena anak dihadapkan oleh beberapa kendala, baik yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari luar diri anak yaitu lingkungan Hal-hal yang mempengaruhi anak itu antara lain adalah latar belakang pendidikan orang tua, lemahnya ekonomi keluarga, kurangnya minat anak untuk sekolah, kondisi lingkungan tempat tinggal anak, serta pandangan masyarakat terhadap pendidikan.
1. Latar belakang pendidikan orang tua
Pendidikan orang tua yang hanya tamat sekolah dasar apalagi tidak tamat sekolah dasar, hal ini sangat berpengaruh terhadap cara berpikir orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Cara  pandangan orang tua dengan pendidikan rendah tentu tidak sejauh dan seluas orang tua yang berpendidikan lebih tinggi. Latar belakang pendidikan orang tua yang rendah merupakan suatu hal yang mempengaruhi anak sehingga menyebabkan anak menjadi putus sekolah dalam usia sekolah. Akan tetapi ada juga orang tua yang telah mengalami dan mengenyam pendidikan sampai ke tingkat lanjutan dan bahkan sampai perguruan tinggi tetapi anaknya masih saja putus sekolah, maka dalam hal ini kita perlu mengkaitkannya dengan minat anak itu sendiri untuk sekolah, dan mengenai minat ini akan dijelaskan pada uraian berikutnya.
2.    Lemahnya Ekonomi Keluarga
Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan orang tua terpaksa bekerja keras mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga pendidikan anak kurang diperhatikan dengan baik. Bahkan membantu orang tua dalam mencukupi keperluan pokok untuk makan sehari-hari dianggap meringankan beban orang tua anak di ajak ikut orang tua ke tempat kerja yang jauh dan meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama. Dan apa lagi yang menjadi buruh tanpa tujuan untuk membantu pekerjaan orang tua, setelah merasa enaknya membelanjakan uang hasil usaha sendiri akhirnya anak tidak terasa sekolahnya ditinggalkan begitu saja. Hal-hal tersebut di atas sangat mempengaruhi anak dalam mencapai suksesnya bersekolah. Pendapatan keluarga yang serba kekurangan juga menyebabkan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak karena setiap harinya hanya memikirkan bagaimana caranya agar keperluan keluarga bisa terpenuhi.
3.    Kurangnya minat anak untuk bersekolah
Anak usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut ilmu pengetahuan, namun karena sudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik terhadap perkembangan pendidikan anak, sehingga minat anak untuk bersekolah kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya.
4.    Kondisi lingkungan tempat tinggal anak
Lingkungan tempat tinggal anak adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kegiatan dan proses belajar/pendidikan. Oleh sebab itu seyogyanya lingkungan tempat tinggal anak atau lingkungan masyarakat ini dapat berperan dan ikut serta di dalam membina kepribadian anak-anak kearah yang lebih positif. Untuk membina anak kearah yang lebih positif dan bermanfaat adalah dengan adanya saling berhubungan satu dengan yang lainnya, sehingga anak timbul saling pengaruh dengan proses pendidikan akan berjalan dengan lancar dan baik.

5. Pandangan masyarakat terhadap pendidikan
Pandangan masyarakat terhadap pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam menempuh pendidikan di bangku sekolah. Pandangan masyarakat yang maju tentu berbeda dengan masyarakat yang keterbelakangan dan tradisional, masyarakat yang maju tentu pendidikan mereka maju pula, demikian pula anak-anak mereka akan menjadi bertambah maju pula pendidikannya dibanding dengan orang tua mereka. Maju mundurnya suatu masyarakat, bangsa dan negara juga ditentukan dengan maju mundurnya pendidikan yang dilaksanakan.








BAB III
Metode Penelitian


3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya, bukan dunia yang seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif haruslah orang yang memiliki sifat open minded. Karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik dan benar bearti telah memiliki jendela untuk memahami dunia psikologi dan realitas sosial. Dalam pengumpulan data metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode wawancarayaitu  merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002). Wawancara merupakan alat mengecek ulang atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dan sampel.Dalam penelitian dikenal teknik wawancara-mendalam .Teknik ini biasanya melekat erat dengan penelitian kualitatif.

3.2  Prosedur Penelitian
Untuk mempermudah jalannya proses penelitian maka perlu dibuat prosedur penelitian, sebagai berikut:
1.    Menyiapkan pertanyaan wawancara kepada responden
2.    Melakukan wawancara
3.    Mengumpulkan dan menganalisis data.
4.    Menyusun laporan.


3.3  Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 17 November sampai dengan 2 Desember 2015. Dan bertempat di  desa karang jadi, Kecamatan Belitang II Kabupaten OKU Timur
















BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1  Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah
Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia yang sekaligus dapat membedakan antara manusia dan hewan. Hewan juga belajar tapi lebih ditentukan oleh instinknya. Sedangkan bagi manusia belajar berarti rangkaian kegiatan menuju pendewasaan, guna mencapai kehidupan yang lebih kita kenal dengan istilah sekolah. Sekolah adalah bagian dari suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Sekolah dalam hal ini  pendidikan menempati posisi yang sangat sentral dan strategis dalam membangun kehidupan secara tepat dan terhormat.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia secara keseluruhan. Setiap manusia berhak mendapatkan atau memperoleh pendidikan, baik secara formal, informal maupun non formal. Sehingga nantinya ia akan memiliki mental, akhlak, moral dan fisik yang kuat serta menjadi manusia yang berbudaya tinggi dalam melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya dalam masyarakat.
Namun jika kita lihat dari kenyataan dalam pelaksanaannya khususnya dikecamatan Bangkinang Barat banyak anak-anak remaja yang putus sekolah, dengan berbagai faktor penyebabnya. Berdasarkan keterangan masyarakat  desa karang jadi bahwa seorang anak putus sekolah disebabkan oleh 3 faktor yaitu:

4.1.1 Faktor Ekonomi
Berdasarkan keterangan dari pihak sekolah yang di survei,diketahuilah bahwa profesi orang tua siswa dan siswi yang bersekolah di Kecematan Bangkinang Barat yaitu terdiri dari profesi Tani,Pedagang,Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan data diatas kita bisa melihat dan mengetahui mata pencaharian yang mayoritas pada masyarakat Bangkinang Barat adalah petani dengan 80%. Yang terdiri dari petni karet,petani sayur,petani sawit,dan berkebun.
Masyarakat yang berfrofesi sebagai petani karet akhir –akhir ini semakin kesulitan akibat krisis global. Selain harga barang-barang untuk kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat.pada peteni karet,harga jual karet menjadi turun sampai Rp 5.000,00 perkilonya, denagan harga seperti ini membuat satu-satunya penghasilan mereka tidak bisa lagi menompang kebutuhan hidup mereka secara maksimal. Jangankan untuk biaya pendidikan anak-anak mereka,biaya untuk kebutuhan sahari-hari saja mereka sudah kesulitan.Namun ini belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Dan juga luas perkebunan karet yang mereka kerjakan bukanlah berhektar-hektar,tetapi hanya beberapa bidang yang tidak terlalu luas. 
Untuk mendapatkan hasil yang lebih besar diperlukan pekerjaan dan tenaga yang lebih besar pula,tidak cukup dengan tenaga ayah dan ibu saja. Untuk itu orang tua tersebut membutuhkan tambahan orang untuk memebantu mereka bekerja. Dalam hal ini mereka tidak mengambil pekerja dari orang luar  yang sedang mencari pekerjaan,melainkan mereka mengambil tenaga dari anak-anak mereka. Karna kalau mereka mengambil tenaga dari luar keluarga maka diperlukan lagi dana untuk membayar upah orang tersebut,padahal kondisi keuangan terus menurun. Tetapi kalau pekerjaannya di bantu oleh pekerja dari anggota keluarga,maka tidak perlu digaji. Sehingga pemasukan keuangan bertambah tanpa harus mengeluarkan dana seperti mengambil tenaga pekerja dari luar keluarga
Dengan adanya orang tua yang mengambil tenaga pekerja dari anaknya untuk memenuhi kebutuhan keluarga,maka sekolah anak akan terganggu,seperti tidak semngatnya anak dalam belajar disekolah akibat kelelahan karna bekerja. Tidak hanya akibat krisis global yang membuat pendapatan petani karet menurun. Faktor lainnya adalah cuaca. Sebagaimana kita ketahui semenjak petengahan bulan  Agustus cuaca di  desa karang jadi adalah musim kemarau yang terus berlanjut sehingga getah karet semakin sussut dan harga menurun Dengan keadaan cuaca seperti ini petani karet tidak bisa memproduksi karetnya secara maksimal.
 Profesi pedagang dengan 10% juga menurun,ini di sebabkan karna pendapatan para petani menurun yang menyebabkan daya beli masyarakat juga menurun. Masyarakat mengutamakan membeli bahan-bahan pokok dan juga membatasi pembelian untuk menghemat pendanaan dalam keluarga.
Dengan keadaan perekonomian masyarakat di  desa karang jadi ini tidak sedikit yang menjadi faktor anak putus sekolah, selain penghasilan yang tidak menetap. Jumlah anak yang ditanggung orang tua tidak seperti diperkotaan yang hanya satu atau dua orang. Kebanyakan setiap keluarga memiliki anak yang banyak. Sehingga pendapatan yang tidak menetap,tidak mampu membiayai semua biaya pendidikan anak mereka yang berakibat tidak semua anak mendapatkan pendidikan formal secara maksimal. Sehingga anak yang sedang menuntut ilmu dilembaga pendidikan terpaksa meninggalkan sekolah atau keluar dari sekolah.
Setelah itu mereka membantu orang tuanya mencari nafkah, seperti membantu orang tua menyadap karet,mengurus peternakan orang tuanya dan ada juga yang mencari pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka. Seperti ada yang bekerja di tempat-tempat pembuatan perabot,perbengkelan motor dan bekerja dengan pemilik barang dagangan. Ini mereka lakukan untuk membantu perekonomian keluarga, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

4.1.2 Faktor Lingkungan
Pendidikan yang diterima seorang anak sebelum memasuki pendidikan formal adalah pendidikan non formal yang bersumber dan keluarga dan lingkungan masyarakat, disinilah awal pembentukan karakter dan kepribadian anak. Namun, tidak semua lingkungan yang mendukung pendidikan anak. Ada lingkungan yang memberi pengaruh negatif kepada anak yang mengganggu proses pembelajaran anak di sekolah.
Pengaruh negatif dari lingkungan banyak yang menyebabkan anak putus sekolah. Lingkungan tersebut adalah :
a. lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali ditemui oleh setiap individu. Semenjak seorang anak dilahirkan hingga mencapai usia sekolah, keluargalah yang paling sering ditemui. Didalam keluarga inilah pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Karakter yang telah ada tersebut dibawa seorang anak ke lingkungan luar,sepeti lingkungan masyarakat,termasuk lembaga pendidikan.
Pada keluarga yang kurang harmonis atau tidak harmonis, anak tidak bisa tumbuh dan berkembang secara baik. Baik secara fisik mupun secara psikologis. sehingga anak tumbuh menjadi anak yang nakal. Disekolah, anak yang tumbuh dilingkungan keluarga yang tidak baik, mereka sering melanggar aturan dan tidak bisa menerima pelajaran dengan baik karna batin dan pemikiran mereka terganggu oleh persoalan di rumah. Ada juga anak yang putus sekolah akibat perceraian orang tua. Selain karna beban mental yang diterima,mereka memilih untuk putus sekolah karena harus mengurus adik-adiknya.
Selain akibat keluarga yang tidak harmonis. Anak putus sekolah karna anak tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang secara penuh dari orang tua dan keluarganya. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua ini disebabkan karna orang tua dengan ekonomi menengah kebawah,sibuk bekerja mencari nafkah.Anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua dan keluarganya ini, seringkali mencari kasih sayang diluar rumah. Seperti pacaran,dengan adanya pacaran yang kebanyakan membuat pendidikan terganggu dan pacaran yang tidak dibatasi dan dikontrol apalagi diusia-usia remaja yang tingkat rasa ingin tahunya tinggi serta dalam pencarian jati diri,banyak anak sekolah yang terjerumus kedalam perbuatan maksiat yang dari segi agama dan pemerintahan tidak bisa di toleransi lagi,seperti perbuatan zina,narkoba akibat pergaulan bebas. Ini menyebabkan anak dikeluarkan dari sekolah dan putus sekolah kembali terjadi.

b. Lingkungan teman pergaulan
Selain lingkungan keluarga,lingkungan teman pergaulan  juga membentuk karakter dn kepribadian dari anak. Lingkungan teman pergaulan ini juga bisa membuat anak putus sekolah
Dikalangan siswi sebahagian putus sekolah karena dipengaruhi oleh pacarnya,karma pacarnya mengajak siswi tersebut untuk menikah. berbeda dikalangan siswa. Walaupun, telah diprioritasikan untuk bersekolah oleh orang tuanya, siswa tetap tidak mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan sering melanggar aturan, ini disebabkan karena pengaruh teman diluar sekolah yang tidak bersekolah.
Bagi siswa ditingkat SMA/sederajat, siswa yang putus sekolah karena teman pergaulan ini yaitu karena siswa tersebut berteman dengan anak yang tidak bersekolah dan terbawa-bawa oleh kebiasaan temannya tersebut seperti merokok, minm-minuman keras, berjudi dan ngumpul-ngumpul sampai larut malam bahkan sampai dini hari.
Dengan terbawa-bawa oleh kebiasaan teman yang tidak bersekolah tersebut akan membuat siswa tidak bisa mengikuti pelajaran disekolah dengan baik karena rasa ngantuk akibat kurang tidur dan juga malas untuk sekolah. Dan apabila kebiasaan merokok, minim-minuman keras, dan berjudi itu diketahui pihak sekolah tentunya akan membuat siswa itu dikeluarkan dari sekolah dan putus sekolah pun terjadi.
Bagi siswa ditingkat sekolah dasar siswa terpengaruh kemajuan teknologi informasi dan komuniksi. Jika tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya, maka anak-anak didik akan terbawa kearah yang negatif, yang nantinya akan membuat kepribadian mereka negatif yang bisa membuat mereka dikeluarkan dari sekolah.
4.1.3 Kepribadian Anak
Anak usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut ilmu pengetahuan namun karena sudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik terhadap perkembangan pendidikan anak, sehingga minat anak untuk bersekolah kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya, adapun yang menyebabkan anak kurang berminat untuk bersekolah adalah: anak kurang mendapat perhatian dari orang tua terutama tentang pendidikannya, juga karena kurangnya orang-orang terpelajar sehingga yang mempengaruhi anak kebanyakan adalah orang yang tidak sekolah sehingga minat anak untuk sekolah sangat kurang.
Anak seusia wajib belajar sudah mengenal bahkan sudah mampu untuk mencari uang terutama untuk keperluannya sendiri seperti jajan dan lain-lain, hal ini tentu akan mempengaruhi terhadap cara dan sikap anak dalam bertindak dan berbuat. Karena sudah mencari uang sendiri dan merasakan enaknya membelanjakan uang akhirnya tanpa terasa sekolah ditinggalkan begitu saja.Selain itu tinggi rendahnya minat untuk meneruskan sekolahnya juga di pengaruhi oleh prestasi belajar anak itu sendiri.


4.2 Dampak Dari Anak Putus Sekolah
Adapun terkait upaya penanggulangan anak putus sekolah sebagai masalah pokok dalam studi kasus ini dianalisis melalui analisis deskriptif yakni pencacahan atau rekapitulasi dari persebaran hasil wawancara pada setiap responden. Dari hasil wawancara peneliti dengan responden ada 4 orang anak yang mengikuti program Paket B, 7 orang anak yang mengikuti program Paket C, 8 orang anak yang mengikuti program pendidikan non reguler di SMP Terbuka dan dari peserta didik di SMP Terbuka terdapat 90% yang mendapat Bantuan Siswa Miskin (BSM) serta 6 orang yang tidak sama sekali mengikuti program-program pendidikan dalam rangka penanggulangan kasus putus sekolah di  desa karang jadi. Hasil wawancara ini juga didukung oleh dokumen-dokumen pada lembaga-lembaga pendidikan formal yang ada di  desa karang jadi terkait dengan nama peserta didik yang terdaftar ikut pada lembaga yang bersangkutan.
Penanggulangan anak putus sekolah di  desa karang jadi yang memang sudah menjadi tanggung jawab semua unsur masyarakat berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa beragamnya faktor penyebab anak putus sekolah di  desa karang jadi ditanggulangi dengan upaya atau program-program yang tidak monoton pula. Program dan upaya penanggulangan ini merupakan bentuk tanggung jawab semua unsur masyarakat baik melalui lembaga formal, nonformal dan informal yang ditujukan untuk membantu masyarakat atau anak putus sekolah pada khususnya dalam rangka membangun anak bangsa sebagai penerus cita-cita pembangunan menuju masyarakat yang mandiri dan memiliki SDM yang berkualitas.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.    Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak–hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi anak.
2.    Faktor penyebab banyaknya anak putus sekolah di  desa karang jadi antaralain, faktor ekonomi, faktor lingkungan dan faktor kepribadian anakintu sendiri.

4.2 Saran
 Berdasarkan pada kesimpulan yang telah diambil peneliti menyarankan agar:
1.    Pemerintah diharapkan lebih gencar dalam sosialisasi program yang dapat merangsang perekonomian rakyat karena ekonomi masih menjadi alasan utama angka putus sekolah pada masyarakat desa.
2.    hendaknya orang tua lebih memberikan perhatian kepada anak-anaknya dalam bergaul dan mengarahakan anak untuk bergaul secara positif.
3.    Sebaiknya  anak yang putus sekolah diberikan pelatihan khusus untuk menambah keahlian mereka karena ini akan sangat membantu mereka dalam mengahdapi kehidupannya kemudian.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. Abu, Sosiologi Pendidikan, (Cet. II, Jakarta: Rineka Cipta, 2007)
Buchori, Muchtar, Transformasi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995)
Danes, Simon, dan P. Hardono Hadi, Masalah-masalah moral sosial aktual dalam perspektif iman Kristen, (Yogyakarta: Kanisius, 2000)
Mastuhu, Pendidikan Indonesia Menyongsong “Indonesia Baru” Pasca Orde Baru, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan GEMA Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta, Edisi 1, Jakarta
Munir, Mahmud Samir Al-, al-mu’alim arrabbany terjemahan Uqinu Attaqi dengan judul “Guru Teladan di bawah Bimbangan Allah”, (Cet. I, Jakarta: Gema Insani, 2003)
Nasir, H. Sahilun A., Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, (Cet. I, Jakarta: Kalam Mulia, 1999)
Nata, Abuddin, Paradigma Pendidikan Islam Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta:  PT Grasindo, 2001)
“Pengangguran Intelektual di Indonesia Meningkat”, Media Indonesia, Kolom 4-5, Edisi Jum’at, 15 Pebruari 2008
Rahardjo, M. Dawam, (Ed.), Keluar dari Kemelut Pendidikan-Menjawab Tantangan Kualitas Sumber Daya Manusia Abad 21, ( Jakarta : Intermasa, 1997 )
Rais, Mohammad Amien, Agenda-Mendesak Bangsa: Selamatkan Indonesia!(Cet. III, Yogyakarta: PPSK Press, 2008)
Santrock, John W., Adolescence: Perkembangan Remaja, Terjemahan, Edisi 6, (Surabaya: Erlangga, t.th.)
Suprayogo, Imam, Pendidikan Berpradigma Al-Qur’an, Pergulatan Membangun Tradisi dan Aksi Pendidikan Islam, (Cet I, Malang: UIN Malang, 2004)
Wahono, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Cet. 3, Jakarta: Rineka Cipta, 1995)








Tidak ada komentar: