cari

Melihat Pergaulan Remaja Masa Kini



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Remaja adalah generasi penerus yang akan membangun bangsa ke arah yang lebih baik yang mempunyai pemikiran jauh ke depan dan kegiatannya yang dapat menguntungkan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Maka dari itu remaja tersebut harus mendapatkan perhatian khusus, baik oleh dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat sekitar.
Banyak kita baca di media massa maupun kita lihat di media elektronik adanya remaja yang berprestasi juga ada remaja yang melakukan tindakan atau perbuatan yang merugikan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar. Pada makalah ini kami akan mencoba membahas cara mengatasi pergaulan bebas terhadap remaja.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pergaulan Remaja Masa Kini?
2.      Faktor apa saja yang menyebabkan permasalahan remaja?
3.      Bagaimana cara mengatasi permasalahan remaja?


                                                                            

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan keadaan pergaulan remaja saat ini
2.      Menjelaskan faktor-faktor penyebab permasalahan remaja
3.      Menjelaskan cara menanggulagi permasalahan remaja

1.4  Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis menggunakan media pustaka dalam pengumpulan data.


            










                                                                                                                             1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun.
Pergaulan remaja saat ini perlu mendapat sorotan yang utama, karena pada masa sekarang pergaulan remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan perkembangan arus modernisasi yang mendunia serta menipisnya moral serta keimanan seseorang khususnya remajanya pada saat ini. Ini sangat mengkhawatirkan bangsa karena ditangan generasi mudalah bangsa ini akan dibawa, baik buruknya bangsa ini sangat tergantung dengan generasi muda.
Generasi muda saat ini kurang memiliki rasa cinta tanah air, ini dapat dilihat dari lebih gemarnya anak muda untuk pergi ke bioskop dari pada ke museum-museum sejarah perjuangan bangsa, mengapa hal ini bisa terjadi? ada beberapa kemungkinan yang dapat kita ambil dari hal tersebut yakni yang pertama kurangnya pemupukan rasa cinta tanah air semenjak kecil, sinetron-sinetron yang ditayangkan ditelevisi merupakan tayangan yang kurang produktif bagi perkembangan anak selain itu hal-hal yang terkait dengan bangsa ini tidak mendapat sorotan yang tajam mengenai budaya, masalah sosial yang dapat menimbulkan rasa cinta tanah air.
Hal lain yang dapat menjadi penyebab yakni pendidikan yang kurang sehingga dapat menyebabkan seseorang tidak tau akan bangsanya sendiri. Pergaulan remaja saat ini sangat mengkhawatirkan ini dapat dilihat dari beberapa hal yakni tingginya angka pemakai narkoba dan adanya seks bebas dikalangan remaja, angka remaja yang melakukan seks bebas hingga saat ini mencapai 50 persen ramaja melakukan hubungan seks diluar nikah.Ini sangat mengkawatirkan bagi bangsa Indonesia krisis moral yang terjadi dikalangan remaja yang menyebabkan seks bebas dapat terjadi.

2.2 Pengertian Pergaulan Remaja Masa Kini

         Sebagai makhluk sosial, manusia tak lepas dari orang lain. Begitu pula dengan remaja. Ia memerlukan interaksi dengan orang lain untuk mencapai kedewasaannya. Yang perlu dicermati adalah bagaimana seorang remaja itu bergaul, dengan siapa, dan apa saja dampak pergaulannya bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya.
Pergaulan berasal dari kata “GAUL”.Pergaulan itu sendiri maksudnya kehidupan sehari-hari  dalam persahabatan ataupun masyarakat. Namun tidak demikian dikalangan kebanyakan remaja saat ini. “Gaul” menurut dimensi remaja-remaja adalah ikut dalam trend, mode, dan hal-hal yang berhubungan dengan glamoran hidup. Harus masuk ke dalam geng-geng, sering bergabung, dan konkow-konkow diberbagai tempat seperti mall, tempat wisata,  game center, dan lain-lain. yang mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja akan menimbulkan budaya konsumtif.
Solidaritas dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia hura-hura. Dengan “setia kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum-minuman keras, mengonsumsi narkoba, dan bahkan seks bebas. Kalau tidak ikut kegiatan-kegiatan geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak setia kawan, paradigma seperti inilah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja masa kini. Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sendiri.
           Jika ditinjau lebih dalam “Gaul” tidak akan menimbulkan banyak dampak negatif jika standar nilai yang dipakai untuk mendefinisikan gaul itu, standar nilai yang sesuai dengan kebudayaan kita yang penuh dengan tata krama dan kesopanan. Hanya saja, mengubah sesuatu yang sudah mendarah daging di sebagian remaja saat ini tidaklah mudah. Semua itu memerlukan sinergi dari semua pihak, baik oranng tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemerintah, dan yang tak kalah pentingnya adalah peran kita sendiri sebagai remaja yang akan menjalani kehidupan dalam bingkai kata “gaul” itu sendiri.

2.3  Ciri-ciri Fisik dan Psikologis Remaja
           Bila merujuk pada psikologi perkembangan akan kita temukan pembagian tahap perkembangan psikologis kita menjadi tiga tahap: sembilan tahun pertama, sembilan tahun kedua dan sembilan tahun ketiga. Sembilan tahun pertama dalam kehidupan kita dapat disebut sebagai masa kanak-kanak. Pada masa ini kita hamper sepenuhnya bergantung pada perhatian dan bimbingan orang lain, utamanya orangtua kita. Dari persoalan mandi, makan, apa yg kita pakai, pilihan sekolah, dan teman hamper semuanya di pengaruhi oleh keputusan dan kebijakan orangtua kita. Masa kanak-kanak ditandai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik yg sangat cepat: mulai dari belajar telungkup, merangkak, berjalan, berbicara, dan berpikir. Usia remaja berada pada perkembangan psikologis kedua dan sembilan tahun kedua setelah kita melewati masa kanak-kanak. Pada masa ini kita mulai diajari tantang kemandirian dan bagaimana membuat keputusan untuk diri kita sendiri. Selain itu, karakteristik umum dari pertumbuhan dan perkembangan fisik kita pada periode usia ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pada umumnya lambat dan mantap; pertumbuhan yang sangat cepat pada masa kanak-kanak telah selesai dan perubahan-perubahan menginjak usia remaja mulai tampak. Pada usia ini kita cenderung mengalami perubahan hormonal,berupa perubahan suara, mulai tumbuhnya bulu-bulu di bagian tubuh tertentu, dan penonjolan-penonjolan pada bagian tubuh tertentu bagi perempuan.
           Pada tingkat usia ini system peredarn darah, pencernaan dan pernapasan sudah berfungsi secara lengkap meskipun pertumbuhan masih terus berlanjut. Parui-paru kita sudah hampir berkembang secara lengkap dan tingkat respirasi orang dewasa.
           Tekanan darah meningkat menjadi sedikit lebih rendah dari pada tekanan orang dewasa. Otak dan urat syaraf tulang belakang ( spinal cord ) menjadi orang dewasa pada usia 10 tahun, tetapi perkembangan sel-sel yg berkaitan dengan perkembangan mental belum sempurna dan terus berlanjut selama beberapa tahun kemudian. Pada usia 10 thun, mata kita telah mencapai ukuran dewasa dan fungsinya sudah berkembang secara maksimal.
Masa remaja adalah saat ketika kita tidak lagi menjadi kanak-kanak, tetapi belum memasuki usia dewasa
          Meskipun begitu, ada juga di antara kita, remaja, yg kekanak-kanakan atau remaja yg sudah mampu berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih kanak-kanak hamper sepenuhnya kita bergantung pada orang lain, terutama orangtua atau wali kita. Masa kanak-kanak adalah masa “ketergantungan aktif” ketika kita sepenuhnya mengharapkan kasih-sayang dan perhatian orang lain. Tetapi pada masa kanak-kanak kita juga sadar tantang ketergantungan kita dan berjuang untuk membebaskan diri meskipun kita tidak sepenuhnya menyadari: bebas dari apa atau kebebasan untuk apa ? Secara tidak langsung kita menjadi sadar bahwa, meminjam ungkapan Norton, selam ini kita telah “salah-diidentifikasi,” bahwa kita selama ini bukan “budak”, bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang sama dengan “orang lain” dalam kehidupan kita-bukan sekedar “derivasi-derivasi”. Kita menjadi tergugah untuk menemukan diri kita.
           Ketergugahan dan keingintahuan itulah yg merupakan titik yg akan menjembatani antara masa kanak-kanak dan masa remaja. Tetapi bahkan masa kanak-kanak kita yg diaktualisasikan secara lengkap pun belum dpat mempersiapkan diri kita secara baik untuk menghadapi masa remaja. Tahap krhidupan baru Ini memiliki nilai-nilai yg sama sekali unik, demikian juga dengan kewajiban-kewajiban dan kebajikan-kebajikannya. Masa remaja menuntut sebuah kehidupan baru yg lebih agresif dimana apa yg telah kita pelajari pada masa kanak-kanak hanya memeliki sedikit peran dan pengaruh.
           Masa remaja juga biasanya dikaitkan dengan masa “puber” atau pubertas. Istilah “puber” kependekan dari “pubertas”, berasal dri bahasa Latin. Pubertas berarti kelaki-lakian dan menunjukan kedewasaan yg dilandasi oleh sifat-sifat kelaki-lakian dan ditandai oleh kematangan fisik. Istilah “puber” sendiri berasal dari akar kata ”pubes”, yg berarti rambut-rambut kemaluan, yg menandakan kematangan fisik. Dengan demikian, masa pubertas meliputi masa peralihan dari masa anak sampai tercapainya kematangan fisik, yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun. Pada masa ini terutama terlihat perubahan-perubahan jasmaniah berkaitan dengan proses kematangn jenis kelamin.
           Terlihat pula adanya perkembangan psikososial berhubungan dengan ber fungsinya kita dalam lingkungan social, yakni dengan melepaskan diri dari ketergantungan penuh kepada orangtua, pembentukan rencana hidup dan system nilai-nilai yg baru.
Dalam literature Barat, remaja juga disebu sebagai adolescent dan masa remaja disebut sebagai adolescentia atau adolesensia.
           Beberapa tokoh psikologi menekankan pembahasan tentang adolesensia atau masa remaja pada perubahan-perubahan penting yg terjadi di dalamnya.
          Jean Piaget, misalnya, lebih menitik beratkan pada perubahan-perubahan yg dianggap penting dengan memandang “adolesensia” sebagai suatu fase kehidupan, dengan terjadinya perubahan-perubahan penting pada fungsi inteligensia, yr tercakup dalam aspek kognitif seseorang.
           Tokoh lain, Ana Freud, menggambarkan masa adolesensia sebagai suatu proses perkembangan yg meliputi perubahan-perubahan berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, perubahan dalam hubungan kita dengan orangtua dan cita-cita. F. Neidhart juga melihat masa adolesensia sebagai masa peralihan ditintau dari kedudukan ketergantungannya dalam keluarga menuju ke kehidupan dengan kedudukan “mandiri”.
           Sedangkan E. H. Erikson mengemukakan timbulnya perasaan baru tentang identitas dalam diri kita pada masa adolesensia. Terbentuknya gaya hidup tertentu sehubungan dengan penempatan diri kita, yg tetap dapat dikenal oleh lingkungan walaupun telah mengalami perubahan baik pada diri kita maupun kehidipan sehari-hari.
           Dalam pembahasan kemudian, istilah “adolesensia” diartikan sebagai “masa remaja” dengan pengertian yg luas, meliputi seluruh perubahan yg terjadi di dalamnya. Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yakni antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja tersebut meninjukan pada masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batasan umurnya. Tetapi setidaknya dapat dikatakan bahwa masa remaja dimulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada usia 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada anak permpuan sedangkan pada anak laki-lakinumumnya terjadi di atas 12 tahun.


















BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pergaulan Remaja Masa Kini
Pergaulan remaja saat ini perlu mendapat sorotan yang utama, karena pada masa sekarang pergaulan remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan perkembangan arus modernisasi yang mendunia serta menipisnya moral serta keimanan seseorang khususnya remajanya pada saat ini. Ini sangat mengkhawatirkan bangsa karena ditangan generasi mudalah bangsa ini akan dibawa, baik buruknya bangsa ini sangat tergantung dengan generasi muda.
Generasi muda saat ini kurang memiliki rasa cinta tanah air, ini dapat dilihat dari lebih gemarnya anak muda untuk pergi ke bioskop dari pada ke museum-museum sejarah perjuangan bangsa, mengapa hal ini bisa terjadi? ada beberapa kemungkinan yang dapat kita ambil dari hal tersebut yakni yang pertama kurangnya pemupukan rasa cinta tanah air semenjak kecil, sinetron-sinetron yang ditayangkan ditelevisi merupakan tayangan yang kurang produktif bagi perkembangan anak selain itu hal-hal yang terkait dengan bangsa ini tidak mendapat sorotan yang tajam mengenai budaya, masalah sosial yang dapat menimbulkan rasa cinta tanah air.
Hal lain yang dapat menjadi penyebab yakni pendidikan yang kurang sehingga dapat menyebabkan seseorang tidak tau akan bangsanya sendiri. Pergaulan remaja saat ini sangat mengkhawatirkan ini dapat dilihat dari beberapa hal yakni tingginya angka pemakai narkoba dan adanya seks bebas dikalangan remaja, angka remaja yang melakukan seks bebas hingga saat ini mencapai 50 persen remaja melakukan hubungan seks diluar nikah. Ini sangat mengkawatirkan bagi bangsa Indonesia krisis moral yang terjadi dikalangan remaja yang menyebabkan seks bebas dapat terjadi.

   3.2 Faktor-faktor penyebab pergaulan remaja
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan remaja  sebagai berikut :
1. Faktor orang tua
Para orang tua perlu menyadari bahwa zaman telah berubah. Sistem komunikasi, pengaruh media massa, kebebasan bergaul dan modernisasi di berbagai bidang. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan ntah antar orang tua atau pada anaknya jelas berdampak pada anak. Ketika anak tumbuh remaja, ia akan belajar bahwa kekerasaan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar jika ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan dan tidak berani mengembangkan indentitasnya yang unik. begitu bergabung dengan teman-temannya. Ia akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.



2. Sekolah
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar misalnya, suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan, dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dll. Akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan diluar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, dimana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan dalam mendidik siswanya meskipun caranya berbeda.

3. Faktor lingkungan
  Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.


3.3 Tantangan yang dihadapi remaja masa kini
Saat ini, kita banyak dibanjiri oleh berbagai informasi yang bisa dengan mudahnya didapat. Baik melalui media cetak, media elektronik ataupun yang terbaru melalui dunia maya atau internet. Informasi-informasi tersebut dapat berupa hal yang positif maupun negatif. Salah satu informasi negatif yang banyak menjadi perhatian adalah informasi mengenai konten-konten dewasa, yang dapat diakses oleh semua orang dengan mudah terutama melalui internet. Dikhawatirkan dengan banyaknya arus informasi tanpa batasan tersebut dapat merubah persepsi remaja mengenai seks dan seksualitas. Keluarga dan sekolah merupakan tempat yang tepat bagi remaja untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai pendidikan seks, karena biasanya remaja mengambil contoh dari prilaku orang tua dan orang dewasa lain di sekitarnya.
Memang sampai saat ini banyak orang yang masih merasa tabu untuk membicarakan masalah seks tersebut dengan sesama orang dewasa apalagi dengan anak-anak. Tetapi yang harus disadari adalah, biasanya remaja akan mencari panutan dari orang tua, jadi apabila orang tua hanya diam saja tanpa memberikan informasi yang tepat mengenai seksualitas, maka remaja dapat memperoleh informasi yang salah dan menjerumuskan mereka dalam bahaya.

3.4   Dampak Pergaulan Remaja Masa Kini
1.      Kenakalan dalam keluarga
Remaja yang labil umumnya rawan sekali melakukan hal-hal yang negatif, di sinilah peran orang tua. Orang tua harus mengontrol dan mengawasi putra-putri mereka dengan melarang hal-hal tertentu. Namun, bagi sebagian anak remaja, larangan-larangan tersebut malah dianggap hal yang buruk dan mengekang mereka. Akibatnya, mereka akan memberontak dengan banyak cara. Tidak menghormati, berbicara kasar pada orang tua, atau mengabaikan perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja dalam keluarga.

2.  Kenakalan dalam pergaulan
Dampak kenakalan remaja yang paling nampak adalah dalam hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak para remaja yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang sampai seks bebas. Menyeret remaja pada sebuah pergaulan buruk memang relatif mudah, dimana remaja sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menawarkan kenyamanan semu. Akibat pergaulan bebas inilah remaja, bahkan keluarganya, harus menanggung beban yang cukup berat.

3.     Kenakalan dalam pendidikan
Kenakalan dalam bidang pendidikan memang sudah umum terjadi, namun tidak semua remaja yang nakal dalam hal pendidikan akan menjadi sosok yang berkepribadian buruk, karena mereka masih cukup mudah untuk diarahkan pada hal yang benar. Kenakalan dalam hal pendidikan misalnya, membolos sekolah, tidak mau mendengarkan guru, tidur dalam kelas, dll.

3.5  Solusi Permasalahan remaja masa kini
1.      Pentingnya kasih sayang dan perhatian yang cukup dari orang tua dalam hal dan keadaan apapun.
2.      Pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Pengekangan terhadap seorang anak akan berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Di hadapan orang tuannya dia akan bersikap baik dan patuh, tetapi setelah dia keluar dari lingkungan keluarga, dia akan menggunakannya sebagai pelampiasan dari pengekangan itu, sehingga dia dapat melakukan sesuatu yang tidak diajarkan orangtuanya.
3.      Seorang anak hendaknya bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Hal tersebut dikarenakan apabila seorang anak bergaul dengan teman yang tidak sebaya yang hidupnya berbeda, sehingga dia pun bisa terpengaruh gaya hidupnya yang mungkin belum saatnya untuk dia jalani.
4.      Pengawasan yang lebih terhadap media komunikasi, seperti internet, handphone, dan lain-lain.
5.      Perlunya bimbingan kepribadian bagi seorang anak agar dia mampu memilih dan membedakan mana yang baik untuk dia maupun yang tidak baik.
6.      Perlunya pembelajaran agama yang diberikan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai agamanya.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Masa remaja adalah masa yang sulit dan kritis, karena itu perlunya pemahaman akan arti remaja dan semakin berkembang menjadi dewasa itu seperti apa, sehingga para remaja tidak langsung stres dan kemudian mengira perkembangan itu membuat mereka takut. Maka keluarga lah yang seharusnya memberikan pemahaman pada anak remajanya, supaya tidak bertambah lagi remaja bergaul sembarangan yang ada di Indonesia. Selain orangtua, ternyata lingkungan dapat berpengaruh pada kepribadian remaja. Jadi, para remaja pun dituntut untuk lebih peka terhadap setiap pengaruh yang ada. Remaja harus bisa memilih mana yang baik dari setiap perilaku yang akan mereka lakukan, agar tidak merugikan dirinya dan orang lain.

4.2 Saran
Perlu kiranya remaja melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang positif baik di sekolah maupun di lingkungannya yang tentunya harus mendapatkan dorongan dan restu dari orang tua.





DAFTAR PUSTAKA

http://abygunlar.blogspot.com/2012/05/dampak-pergaulan-bebas-terhadap-remaja.html
Husniaty, E.Noor. 2006. Menjadi Remaja Kreatif Dan Mandiri.Yogyakarta: Dozz publisher
Kartini ,Kartono,Dr .Kenakalan Remaja.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2005








Tidak ada komentar: