cari

pendidikan moral kepada remaja di era globalisasi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perubahan zaman dampak bagi seluruh Negara. Dengan adanya perubahan zaman, pola pikir manusiapun ikut berubah. Perubahan zaman membawa dampak positif maupun negatif. Perubahan ini terjadi karena adanya perubahan Globalisasi.
Globalisasi adalah kecenderungan umum terintegrasinya kehidupan masyarakat domestik/lokal ke dalam kemunitas global di berbagai bidang. Akibat adnya Era Globalisasi membawa pengaruh kepada seluruh aspek, baik dari segi Pendidikan, Ekonomi, Sosial, IPTEK, bahkan moral anak remaja pun mengalami perubahan. Hal yang sangat mengguncangkan bagi seluruh Negara adala masalah perekonomian. Tetapi di Indonesia tidak hanya itu, krisis moral anak remajapun sangat memprihatinkan.
Moral atau perilaku anak remaja di Indonesia mengalami perubahan karena adanya pengaruh dari Negara luar yang dibawa ke Indonesia. Itu semua langsung disegrap begitu saj tanpa memikirkan atau memilah perilaku yang seharusnya di ambil oleh anak remaja di Indonesia.
Dahulu, moral anak Indonesia bisa diacungkan jempol. Dilihat dari tatakramanya, sopan santun dan tutur bahasanya yang baik. Tetapi kini, moral atau perilaku anak remaja di Indonesia sangat memprihatinkan. Banyak sekali perilaku-perilaku menyimpang yang kian marak terjadi di Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan tersebut sebagian besar dilakukan atau dialami oleh anak remaja. Penyimpagan yang dilakukan biasaya seperti, free sex, narkoba, dan lain-lain. Kejadian itu sangat memprihatinkan bagi bangsa Indonesia karena anak remaja itu merupakan generasi penerus bangsa.
.


1.2 Rumusan Masalah
Dalam karya tulis ini kami akan mengemukakan beberapa hal diantaranya,
1. Apakah fungsi moral?
2. Apakah dampak globalisasi terhadap moral remaja?
3. Bagaimana penerapan pendidikan  moral kepada remaja di era globalisasi?

1.3  Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu fungsi moral.
2. Untuk mengetahui dampak globalisasi terhadap moral remaja.
3. Untuk mengetahui penerapan moral pada kehidupan remaja.

1.4 Metode Pembahasan
Macam-macam metode penelitian dapat dibedakan menjadi lima, yaitu metode kuisioner, metode wawancara, metode observasi, metode eksprimen, dan metode kepustakaan.
Metode kuisioner adalah metode yang cara memperoleh informasinya dengan memberikan daftar pertanyaan yang dikirim kepada responden baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pos perantara. Kuisioner atau angket dapat berupa pertanyaan atau pernyataan yang dapat dijawab sesuai bentuk angket. Metode wawancara adalah metode yang cara memperolehnya dengan proses komunikasi secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Metode observasi adalah metode yang cara memperoleh informasinyaberasal dari pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap objek yang diteliti dan dalam keadaan yang sebenarnya tanpa melalui wawancara. Untuk pelaksanaan metode ini orang yang melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap gejala atau fenomena yang diteliti haruslah dilakukan secara sistematis. Sedangkan untuk teknik pelaksanaannya bisa dengan secara asli maupun tidak asli.
Metode eksperimen adalah metode yang diperlukan untuk menguji kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari penelitian. Dari hasil kesimpulan sementara ataupun usul pemecahan masalah ini kemudian dapat dilanjutkan dengan mengadakan percobaan-percobaan sehingga akhirnya dapat diambil suatu kesimpulan apakah peneltian sudah memberikan jawaban yang sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.
Metode kepustakaan adalah memanfaatkan fasilitas yang berada di dalam perpustakaan sekoalah berupa buku-buku yang dapat memberi informasi dan kami juga mengambil sebagian informasi dari internet. Dan dalam makalah ini kami mengambil metode kepustakaan dalam pengerjaannya.













BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Defiisi Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dannegara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.


2.2 Definisi krisis Moral
Dalam kamus umum bahasa Indonesia karangan Poerwadaminta, Krisis diartikan sebagai kemelut atau keadaan yang genting. Dengan adanya suatu krisias maka perlu adanya solusi sebagai jalan keluar agar krisis tersebut dapat diatasi.
Moral menurut bahasa berarti baik atau buruknya perbuatan. Sedangkan dari segi istilah moral adalah ajaran tentang tindakan seseorang. Dalam hal sifat, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dilakukan.Menurut Drs Sidi Ghozalba, moral adalah kesesuian dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia man yang baik dan yang wajar.

2.3. Definisi Remaja
 Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah tersebut mempunyai arti yang lebih kuas yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pada masa ini sebenarnya tidak mempuanyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak namun tidak juga golongan dewasa atau tua.









BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Fungsi Moral
Salah satu tugas perkembangan yang penting dalam masa remaja adalah untuk mengerti apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan untuk mau mengubah sikap-sikapnya sesuai dengan harapan-harapan ini tanpa selalu dibimbing, diawasi, dan diancam oleh orang-orang dewasa, seperti pada masa kanak-kanak. Jadi sekarang padanya harus ada pengawasan dari dalam atauinternal control.
Bilamana dalam masa kanak-kanak telah tertanam konsep-konsep kesusilaan, maka konsep-konsep yang telah meresap dalam diri anak inilah yang kini menjadi pengawasan dari tingkah laku anak remaja. Bilaman konsep-konsep ini tidak ada dalam diri anak, maka dia tidak akan dapat memenuhi apa yang dihapakan oleh masyarakatdarinya dalam hal kesusilaan.
Pada remaja terjadi perubahan dalam konsep-konsep moral. Kini anak remaja tidak mau lagi menerima konsep-konsep dari hal-hal yang mana yang benar dan yang tidak benar, yang telah ditetapkan oleh orang tuanya atau teman-teman sebayanya dengan begitu saja seperti masa kanak-kanak. Dia sekarang menentukan sendiri, berdasarkan atas konsep-konsep moral yang dikembangkan dalam masa kanak-kanak. Akan tetapi telah dirubah sesuai dengan tingkat perkembangannya yang telah lebih tinggi atau dengan perkataan lain sesuai dengan perkembangan yang telah matang.
Pada umumnya anak remaja patuh terhadap pendiriannya sendiri mengenai apakah sesuatu tindakan itu benar atau salah. Dia benar-benar tidak akan menindakkan apa yang menurut pendapatnya salah dan benar-benar akan menindakkan apa yang dianggapnya benar. Tapi terkadang ada anak remaja yang menindakkan tindakan-tindakan yang tidak dapat diterimanya dalam masyarakat yang sangat serius. Para ahli yang telah mengadakan penyelidikan megenai kenakalan remaja menarik kesimpulan, bahwa hal ini tidak disebabkan oleh karena salah satu sebab saja, akan tetapi oleh beberapa sebab.
Setiap individu mempunyai perbedaan dalam menyikapi nilai, moral, dan sikap, tergantung dimana individu tersebut berada. Pada anak-anak terdapat anggapan bahwa aturan-aturan adalah pasti dan mutlak oleh karena diberikan oleh orang dewasa atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi (Kohlberg,1963). Sedangkan pada anak-anak yang berusia lebih tua, mereka bisa menawar aturan-aturan tersebut kalau disetujui oleh semua orang.
Pada sebagian remaja dan orang dewasa yang penalarannya terhambat, pedoman mereka hanyalah menghindari hukuman. Sedangkan untuk tingkat kedua sudah ada pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri seseorang juga harus memikirkan kepentingan orang lain. Perbedaan perseorangan juga dapat dilihat pada latar belakang kebudayaannya. Jadi, ada kemungkinan terdapat individu atau remaja yang tidak mencapai perkembangan nilai, moral dan sikap serta tingkah laku yang diharapkan padanya.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral:
a. Hubungan harmonis dalam keluarga, yang merupakan tempat penerapan  pertama sebagai individu. Begitupula dengan pendidikan agama yang diajarkan di lingkungan keluarga sangat berperan dalam perkembangan moral remaja.
b. Masyarakat, tingkah laku manusia bisa terkendali oleh kontrol dari yang   mempunyai sanksi-sanksi buat pelanggarnya.
c. Lingkungan sosial, lingkungan sosial terutama lingkungan sosial terdekat yang bisa sebagai pendidik dan pembina untuk memberi pengaruh dan membentuk tingkah laku yang sesuai.
d. Perkembangan nalar, makin tinggi penalaran seseorang , maka makin tinggi pula moral seseorang.
e. peranan media massa dan perkembangan teknologi modern.  Hal ini berpengaruh pada moral remaja. Karena seorang remaja sangat cepat untuk terpengaruh terhadap hal-hal yang baru yang belum diketahuinya.
Fasilitas teknologi, informasi dan komunikasi merupakan salah satu faktor yang merubah kemuliaan perilaku generasi muda dewasa ini. Jaringan internet misalnya, merupakan sebuah terobosan baru yang bisa menghubungkan antara mereka yang di timur dengan mereka yang ada di barat atau di selatan. Sehingga penyebaran informasi merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri sehingga seluruh informasi baik membangun maupun yang merubuhkan akhlak akan berkontaminasi dengan kepribadian kita sebagai orang timur ditambah dengan kurangnya nilai iman untuk menyaring arus perjalanan informasi tersebut.
Sudah banyak sekali kasus yang bisa kita saksikan melalui media massa bahwa generasi muda sebagai motor dan tulang punggung negara ini sudah rusak moral (akhlak) dan perilakunya. Budaya Islam sebagai budaya yang seharus dikembangkan dan dijadikan sebagai ukuran atau filter penyaring dilupakan bahkan dilecehkan. Generasi muda sudah kehilangan takaran iman yang bisa menepis pengaruh budaya luar yang merusak kepribadian kita sebagai bangsa. Generasi muda kita banyak kehilangan arah dan tersesat dalam area yang sangat berbahaya dan cenderung hanya menggunakan nafsu sebagai takarannya.
Globalisasi yang melanda negeri menimbulkan banyak tuntutan peningkatan pendidikan moral pada lembaga pendidikan, ini didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang. Kenakalan remaja dalam masyarakat dan berbagai unsur dekagensi moral lainnya, terutamadi kota-kota besaryang sudah sampai pada tahap yang sangat meresahkan. Oleh karena itu pendidikan moral di sekolah dianggap sebagai wadah formal yang diyakini mampu berperan aktif dalam membentuk pribadi generasi muda melalui intensitas pendidikan moral.

3.2 Dampak Moral Terhadap Remaja
Diketahui dengan adanya kemajuan informasi di satu sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya media yang membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka. Sedangkan di sisi lain media merasa kaum remajalah yang tepat menjadi konsumen dari berbagai produk yang ditawarkan. Seperti diketahui bersama bahwa media berperan besar dalam pembentukan budaya masyarakat dan proses peniruan gaya hidup, tidak megherankan pada masa sekarang adanya perubahan cepat dalam teknologi informasi menimbulkan pengaruh negatif meskipun pengaruh positifnya masih terasa.
Hal ini terlihat jika dapat diumpamakan remaja perkotaan sudah tertular dengan gaya hidup barat. Terlihat pada sikap remaja yang mengikuti perkembangan mode dunia, mulai dari fashion, gaya rambut, casing hand phone, pakaian, cara makan, cara bertutur kata yang lebih sering menggunakan “ loe gue” dari pada “aku atau saya, kamu”. Bahkan itu pun mereka ucapkan pada saat berbicara kepada orang yang lebih tua. Padahal menurut budaya timur, harusnya kita harus sopan jika berbicara dengan orang yang lebih tua. Lebih jauh lagi, dampak bagi remaja dapat dilihat khususnya perempuan cenderung tertanam dalam pandangan mereka. Jika perempuan menarik adalah perempuan yang agresif dan seksi.
Selain itu, dengan semakin mudahnya remaja mendapatkan VCD porno dan internet yang menampilkan gambar-gambar porno membuat para remaj penasaran untuk mencobanya melalui kehidupan seks bebas atau bahkan jika hasrat seksualnya tinggi bisa nekat melakukan pemerkosaan. Disamping itu, terdapat pula banyak pemilik warung kecil yang dengan bebas menjual kondom bahkan obat perangsang berupa permen karet yang berdampak meningkatkan libido pada wanita. Ini sangat memprihatinkan jika dilihat dari latar belakang Negara kita yang merupakan Negara Timur bukanlah Negara barat.
Selain itu, terdapat fenomena kehidupan remaja di perkotaan sering terlihat terdapat pasangan muda mudi yang belum resmi, melakukan sikap yang menyimpang dari moral dan norma, ironisnya lagi terkadang terjadi penggeledahan di hotel-hotel maupun tempat-tempat hiburan malam yang dilakukan oleh pihak yang berwenang karena terdapat praktek mesum dan banyak diantara mereka adalah remaja usia sekolah yang melakukan praktik mesum. Selain itu juga remaja putri yang berjilbab pun patut dipertanyakan meskipun tidak semuanya. Sungguh pemandangan yang kiranya menandakan bahwa moral remaja bangsa ini sudah benar-benar merosot.
Faktor keimanan dan niat untuk benr-benar menjauhi dikap buruk , peran keluarga dan media masa sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral remaja. media masa harus benar-benar memberikan informasi untuk meningkatkan rasa percaya diri, bebas dari diskriminasi, terlindung dari pelecahan, kekerasan, dan eksploitasi seks.
Dengan demikian bila melihat persoalan tersebut sudah saatnya kita bersama harus membentengi diri dengan keimanan dan harus selektif dalam bentuk apapun agar agar tidak tertindas dari perkembangan kemajuan yang berpengaruh pada rusaknya moral bangsa ini. Marilah kita ambil nilai-nilai positif dari perkembangan zaman dan tetap selektif terhadap dampak-dampak negatif dari kemajuan zaman. .
Sifat Moral : Perspektif Objektivistik vs Relativistik
Menurut perspektif Objektivistik, baik dan buruk itu bersifat pasti atau tidak berubah. Suatu perilaku yang dianggap baik akan tetap baik, bukan kadang baik dan kadang tidak baik.
Senada dengan pandangan Objektivistik adalah pandangan absolut yang menganggap bahwa baik dan buruk itu bersifat mutlak, sepenuhnya, dan tanpa syarat. Menurut pandangan ini perbuatan mencuri itu sepenuhnya tidak baik, sehingga orang tidak
boleh mengatakan bahwa dalam keadaan terpaksa, mencuri itu bukan perbuatan yang jelek.
Demikian pula halnya dengan pandangan yang universal, prinsip-prinsip moral itu berlaku di mana saja dan kapan saja. Prinsip-prinsip moral itu bebas dari batasan ruang dan waktu. Sebaliknya pandangan yang menyatakan bahwa persoalan moralitas itu sifatnya relatif, baik dan buruknya suatu perilaku itu sifatnya“tergantung”, dalam arti konteksnya, kulturalnya, situasinya, atau bahkan tergantung pada masing-masing individu.
Dari dimensi ruang, apa yang dianggap baik bagi lingkungan masyarakat tertentu, belum tentu dianggap baik oleh masyarakat yang lain. Dari dimensi waktu,apa yang dianggap baik pada masa sekarang, belum tentu dianggap baik pada masa-masa yang lalu.
Salah satu kelemahan literatur tentang moral atau etika, terutama yang bersumber dari literatur Barat, adalah kurang adanya klasifikasi moral, etika pada umumnya tidak membedakan secara jelas antara kesusilaan dan kesopanan. Dua pandangan yang saling dipertentangkan itu sesungguhnya dapat diterima semua,dalam arti ada prinsip-prinsip etik atau moral yang bersifat Objektivistik-universaldan ada pula prinsip-prinsip etik atau moral yang bersifat relativistik-kontekstual.
Prinsip-prinsip moral yang bersifat Objektivistik-universal yang dimaksudkan adalah prinsip-prinsip moral secara obyektif dapat diterima oleh siapapun, di manapun, dankapanpun juga. Sebagai contoh adalah sifat atau sikap kejujuran, kemanusiaan,kemerdekaan, tanggung jawab, keihlasan, ketulusan, persaudaraan, keadilan dan lain-lain.

3.3 Penerapan Pendidikan Moral Remaja di Era Globalisasi

Adanya gerakan reformasi di Indonesia secara umum menuntut diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajarandan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.
Pada sisi lain disebutkan peranan pendidikan atau edukasi dalam mengadakan perubahan atau transformasi di masyarakat ada tiga macam yaitu, menjaga generasi sejak masa kecil dari berbagai tindak penyelewengan. Mengembangkan pola hidup, perasaan, dan memikiran mereka yang sesuai dengan fitrah, agar mereka menjadi fondasi yang kokoh dan sempurna di masyarakat.
Karena pendidikan berjalan seiring dengan perkembangan anak-anak, maka pendidikan akan sangat mempengaruhi jiwa dan perkembangan anak serta akan menjadi bagian dari keprbadiannya untuk kehidupannya kelak, kemudian hari. Pendidikan sebagai alat terpenting untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai yang positif.
Perlu kita ketahui bersama bahwa pendidikan di seluruh dunia kini sedang mengkaji kembali perlunya pendidikan moral atau pendidikan budi pekerti atau pendidikan karakter dibangkitkan kembali. Melalui pendidikan orang mampu menguasai teknologi, yang kemudian dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya sesuai dengan kebutuhan manusia, namun sebaliknya dengan pendidikan pula terkadang manusia menjadi takabur atau sombong.
Terjadinya krisis moral tersebut ternyata tidak hanya di Negara kita, namun di Negara-negara yang telah maju pun seperti Amerika Serikat terjangkit virus moral atau demonstrasi. Bagaimanapun pendidikan memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Bila di setiap sekolah selalu diajarkan pendidikan moral siswa siswinya InsyaAllh Indonesia di masa depan akan lebih sukses dan bertambah maju.
Pendidikan moral di era globalisasi disebabkan masa sekarang banyak sekali krisis moral sehingga kita harus memupuknya.Karena sudah banyak sekali terjadi pelanggaran yang telah dilakukan terutama di kalangan remaja.apalagi banyaknya budaya asing yang masuk mengakibatkan terlahirnya budaya baru yang tidak sesuai dengan budaya asli Indonesia.
Pengaruh pendidikan moral ini dapat diperoleh dari lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat maupun lingkungan keluarga. Di lingkungan sekolah merupakan kewajiban guru untuk memberikan pendidikan moral pada siswanya. Begitu pila sebaliknya, lingkungan keluarga merupakan tugas orag tua, dan lingkungan masyarakat tugas dari diri sendiri untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Di era globalisasi ini, yang paling banyak terjadi krisis moral, sebagai contohnya adalah pergaulan antara anak laki-laki dan anak perempuan sudah terlewat bebas, sudah jad dari kata normal. Itu disebabkan dari kurangnya pendidikan moral yang Ia dapat dan kurangnya keimanan mereka. Sekarang kita harus menyadari bahwa pendidikan moral sangatlah penting. Tidak hanya untuk anak remaja saja, tetapi namun juga berlaku untuk semua usia. Pendidikan moral harus diajarkan sejak dini sehingga nantinya akan terbiasa untuk melakukannya, hal ini juga untuk membentuk kepribadian seseorang.
Bersosialisasi dengan lingkungan bahkan warga asing pun menjadi lebih mudah bila kita memiliki moral yang baik. Selain itu, dengan moral yang baik orang yang berinteraksi dengan kita menjadi senang dan dengan sendirinya menghormati kita, pandangan orang lain atau negara lain akan berubah apabila kita sebagai warga Indonesia atau remaja Indonesia memiliki moral yang baik. Apalagi bila dapat menjadi panutan bagi Negara lain merupakan hal yang membanggakan bagi semua warga Indonesia.























BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masa remaja adalah masa yang sangat rawan dimana mereka belajar mencari jati diri yang sebenarya. Di masa ini mereka memiliki rasa ini tahu yang tinggi bahkan menyelidki atau mencoba hal-hal yang negative. Dalam hal ini pendidikan moral sangat penting sebagai pembentuk pribadi yang berakhlak mulia dalam menghadapi berbagai dimensi kehidupan.
Sekarang kita harus menyadari bahwa pendidikan moral sangatlah penting, tidak hanya untuk anak remaja saja namun berlaku untuk semua usia. Mengingat banyaknya pengaruh budaya asing yang masuk di Negara kita ini, maka dari itu perlunya kerja keras untuk menghadapi masalah yang sampai saat ini juga masih perlu penanganan khusus.

4.2 Saran
Bagi para remaja, pandai-pandailah membawa diri berfikir positif dan jauhkan diri dari hal negatif yang menjerumuskan dan dapat merusak segala cita-cita dan impian.
 Bagi keluarga atau orang tua dampingilah putra-putri Anda pada saat mereka mulai beranjak dewasa atau remaja, terutama tanamkan pendidikan moral dan nilai-nilai agama yang kuat bagi mereka.
 Bagi sekolah pengajaran moral dan budi pekerti sangat dibutuhkan bagi remaja. Pendampingan, ketelatenan dibutuhkan remaja pada saat ini adalah :
Ø  Jadi sekarang perlu adanya bahkan harus ada pengawasan dari dalam atau internal control.
Ø  Mari kita ambil nilai-nilai positif dari perkembangan zaman dan tinggalkan dampak atau nilai-nilai negatifnya.
Ø  Perbanyaklah pengetahuan Anda tentang pengaruh atau dampak globalisasi. Agar Anda tidak salah mengambil manfaat dari globalisasi.
Ø  Pendidikan merupakan hak yang penting bagi masyarakat. Dengan pendidikan , seseorang dapat membuka pikiran dan wawasan yang akan membantunya melakukan perubahan sosial ke arah lebih baik.
Ø  Kita harus siap menerima pengalaman baru dan keterbukaan terhadap inovasi serta perubahan.
Ø  Kita harus siap membentuk atau mempertahankan pendapat mengenai berbagai masalah yang menyangkut kepentingan umum, mencari bukti mengenai sebuah pendapat, mengakui pendapat tersebut, dan menilai pendapat tersebut sebagai suatu yang positif.















DAFTAR PUSTAKA

Detik-Detik Sosiologi. 2012. PT. Intan Pariwara.
Drs. Sutomo, M.Pd. MGMP Sosiologi. 2012. Kabupaten Blitar.
Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandug : PT. Eresco.
M.A, Soeslowaindradini. Psikologi Perkembangan (Masa Remaja). Surabaya : Usaha Nasional.
Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar: