cari

pengaruh media tanam bagi pertumbuhan tanaman Kedelai(Glycine max (L) Merril



BAB I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, yang dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang (Asia Timur) dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika.
Tanaman ini dapat hidup baik dataran tinggi maupun dataran rendah, tergantung pada jenis varietas tanamannya. Akan tetapi kualitas tanah, banyaknya sinar matahari dan curah hujan ikut mempengaruhi pertumbuhan Kedelai. Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara hal ini juga berlaku padre tanaman Kedelai.. Untuk itu penelitian ini dilakuan karena ingin membuktikan pengaruh media tanam bagi pertumbuhan tanaman Kedelai.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah: Bagaimana pengaruh media tanam bagi pertumbuhan tanaman Kedelai(Glycine max (L) Merril?

1.3  Tujuan Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: Menjelaskan pengaruh media tanam bagi pertumbuhan tanaman Kedelai(Glycine max (L) Merril.

1.4  Manfaat Peneltitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat agar pembaca mengetahui pengaruh media tanam bagi pertumbuhan tanaman kedelai.

1.5  Hipotesis
Mengenai penelitian yang akan dilaksanakan penulis mengambil sebuah hipotesis bahwa pertumbuhan kedelai ditanah biasa lebih baik dari pada pertumbuhan kedelai pada media pasir.



BAB II
LANDASAN TEORI



2.1. Klasifikasi dan Deskripsi Morfologi Kedelai
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), kacang kedelai diklasifikasikan sebagai berikut :
·               Kingdom        : Plantae
·               Divisi              : Spermatophyta
·               Sub Divisi      : Angiospermae
·               Kelas              : Dicotyledonae
·               Ordo               : Fabales
·               Famili                         : Fabaceae
·               Genus                        : Glycine
·               Species           Glycine max


Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga. Berikut ini adalah morfologi tanaman kedelai:

2.1.1 Biji

Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endospperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapai ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.

2.1.2 Kecambah

Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge).

2.1.3 Perakaran

Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3).

2.1.3 Batang

Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya.

2.1.5 Bunga

Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.

2.1.6 Buah

Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 – 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman.
2.1.7 Daun

Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.

2.2. Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula. Pertumbuhan disebabkan oleh adanya pembelahan sel (pertambahan jumlah sel) dan oleh adanya pembesaran sel (pertambahan ukuran sel). Pertumbuhan bersifat kuantitatif, yaitu dapat diukur menggunakan alat Auksanometer. Pertumbuhan tumbuhan berlangsung sepanjang hidupnya.
Perkembangan adalah suatu proses menuju keadaan yang lebih dewasa atau terspesialisasinya sel-sel menuju ke struktur dan fungsi tertentu atau proses perubahan bentuk (morfogenesis).
Perkembangan ditandai dengan adanya kemampuan untuk berkembang biak. Perkembangan bersifat kualitatif, hanya bisa diukur dari perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan.Pertumbuhan dan perkembangan selalu berjalan bersamaan. Terdapat tiga jenis fase pertumbuhan dan perkembangan, yaitu fase pembelahan sel, fase pembesaran ukuran sel, dan fase deferensiasi sel.
Pertumbuhan dan perkembangan awal dari tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Potensi biji untuk tumbuh menjadi individu baru, yaitu embrio dan cadangan makanan. Embrio terdiri dari: radikula (embrio akar), plumula (embrio daun), epikotil (embrio pucuk), dan hipokotil (embrio batang).Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio atau munculnya plantula (tumbuhan kecil dari dalam biji). Perubahan embrio saat perkecambahan umumnya adalah radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar, selanjutnya plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang dan daun.
Berdasarkan letak kotiledon pada saat berkecambah, dikenal dua macam tipe perkecambahan, yaitu hipogeal dan epigeal.

a.      Perkecambahan Hipogeal.
Terjadi pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan  plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon tetap berada di dalam tanah.
b.      Perkecambahan Epigeal.
Terjadi pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang menyebabkan plumula dan kotiledon terdorong ke permukaan tanah. Kotiledon berada di atas tanah.
Proses germinasi di mulai ketika biji menyerap air (imbibisi). Air menyebabkan pecahnya lapisan luar biji dan mendorong hormon & enzim aktif bekerja. Enzim akan mengambil oksigen untuk metabolisme sel, sehingga berlangsung proses oksidasi makanan dalam endosperm (kotiledon) biji hasil pertumbuhan biji.
Tahap-tahap dalam germinasi:
a.       Imbibisi.
b.      Sekresi hormon giberelin dan enzim amilase.
c.       Hidrolisis cadangan makanan.
d.      Pengiriman bahan makanan dan hormon ke titik tumbuh.
e.       Asimilasi (fotosintesis).
Pertumbuhan pada tumbuhan dibedakan menjadi: Pertumbuhan primer dan Pertumbuhan sekunder. Proses pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi sifat genetik yang ada di dalam gen dan hormon yang merangsang pertumbuhan. Sedangkan faktor dari luar meliputi nutrien, air, cahaya, suhu udara, oksigen, kelembaban, dan media tanam.


BAB III
METODE PENELITIAN


3.1  Jenis Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode eksperimen yang merupakan bagian dari metode kuantitatif, dan memiliki ciri khas tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrol. Dalam bidang sains, penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen karena variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat. Sehingga dalam metode ini, peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi pengaruhnya terhadap variabel terikat. Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan salah satu karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental dari penelitian-penelitian lain.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas bekas kemasan air minum kemasan. Sedangkan bahan yang digunakan antaralain sebagai berikut: air, benih kedelai, tanah, dan tanah pasir.

3.3 Prosedur Penelitian
Berikut ini adalah prosedur penelitian yang kan dilakukan:
1.    Menyiapkan alat dan bahan
2.    Masukan setiap media pada gelas plastik yang dipersiapkan
3.    Siram dengan air pada setiap media secukupnya
4.    Taruh beberapa benih pada setiap media
5.    Amati dan catat hasil penelitian.
3.4   Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 14 November – 2 Desember 2015. Dam bertempat di Desa Nusa Bakti, Kecamatan Belitang III, Kabupaten OKU Timur.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
Setelah menjalankan prosedur penelitian dan mencatat setiap hasil pengamatan pada setiap jenis sampel  dalam mempelajari perbandingan pertumbuhan pada kedelai yang ditanam pada media pasir dan media tanah,  maka didapat hasil yang tersaji dalam tabel berikut ini :
No
Hari pengamatan
Pertumbuhan kedelai
Tanah
biasa
Pasir
1
Hari Pertama
0
0
2
Hari ke- 2
0
0
3
Hari ke- 3
0
0
4
Hari ke- 4
0,2 cm
0
5
Hari ke- 5
0,4 cm
0
6
Hari ke- 6
0,9 cm
0,2 cm
7
Hari ke- 7
1 cm
0,8 cm
8
Hari ke- 8
1,2 cm
1 cm
Keterangan
Hidup
Hidup
Tabel Hasil Peneitian

4.2 Pembahasan
Media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam kegiatan bercocok tanam. Media tanam akan menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi.  Berdasarkan hasil pengamatan, tanaman Kedelai yang ditanama pada media tanah biasa mulai berkecambah saat usia 4 hari. Saat itu terlihat kuncup batang mulai terlihat di atas permukaan walau hanya terlihat sedikit. Sedangkan daun pertama tumbuh pada hari ke-6. Sedangkan pada media pasir mulai bekecambah pada hari ke-6 dan tampak daun pertama pada hari ke 8.
Media tanam memiliki fungsi untuk menopang tanaman, memberikan nutrisi dan menyediakan tempat bagi akar tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Lewat media tanam tumbuh-tumbuhan mendapatkan sebagian besar nutrisinya. Untuk budidaya tanaman dalam wadah pot atau polybag, media tanam dibuat sebagai pengganti tanah. Oleh karena itu, harus bisa menggantikan fungsi tanah bagi tanaman. Tumbuhan Kedelai yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan paling cepat terdapat dalam medium tanah. Akar, batang, dan daunnya paling panjang diantara yang lainnya. Kemampuan tanah dalam mengikat air menyebabkan proses perkecambahan pada kedelai lebih cepat. Keberadaan jumlah air yang cukup merangansang pertumbuhan lebih cepat juga. Kandungan hara tanah di daerah tropis umumnya sangat tinggi, baik unsur Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Karbon (C), Nitrogen (N) dan Kalium (K) untuk kedalaman 0 – 50 cm, yang merupakan lapisan humus yang dibutuhkan tanaman. Sebagaimana diketahui bahwa beberapa unsur hara itu tersimpan dalam daun, buah, tangkai, batang dan akar pada saat tanaman mengalami pertumbuhan. Pepohonan dan tanaman berakar panjang dapat menyerap mineral dari bagian tanah yang dalam melalui akarnya. Kemampuan penyerapan hara oleh tanaman akan mempengaruhi kemampuan tumbuh tanaman itu untuk hidup
Kondisi di atas berbanding terbalik dengan kondisi tanaman Kedelaiyang terdapat dalam pasir. Kedelai tumbuh lebih lambat ini mungkin disebabkan tingkat kelembaban pada pasir yang mudah hilang karena tidak mampu mengikat air. meski demikian pada hari ke- 6 kedelai tetap berkecambah dan tumbuh walaupun pertumbuhan ini tampak kurang baik. Kandungan hara lahan pasir hanya terbatas pada fosfor yang jumlahnya sangat sedikit (5,1-20,5 ppm). Sementara itu, bahan-bahan organik lain hanya 0,4-0,8 persen, natrium 0,05-0,08 persen, dan kalium 0,09-0,2 persen.Temperatur permukaan lahan pasir juga amat tinggi, rata-rata di atas 30 derajat celsius. Embusan angin kencang juga mendukung penguapan air di pantai. Karakter lahan semacam ini sangat tidak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Tanpa ada tambahan unsure lain tentu pasir bukanlah mdia yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.


Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
Penggunaan pasir seoagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman. 
Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang
bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk :gunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci :erlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat ,enyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).
Dengan demikian penelitian mengenai pengaruh media tanam terhadap kecepatan   perkecambahan tanaman Kedelai ini, dapat diketahui bahwa hipotesis yang di sajikan ternyata sesuai dengan hasil dari penelitian.
Media tanam yang baik harus memiliki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Secara umum, media tanam yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
§  Mampu menyediakan ruang tumbuh bagi akar tanaman, sekaligus juga sanggup menopang tanaman. Artinya, media tanam harus gembur sehingga akar tanaman bisa tumbuh baik dan sempurna, akan tetapi masih cukup solid memegang akar dan menopang batang agar tidak roboh. Apabila media terlalu gembur, pertumbuhan akar akan leluasa namun tanaman akan terlalu mudah tercerabut. Sebaliknya apabila terlalu padat, akar akan kesulitan untuk tumbuh.
§  Memiliki porositas yang baik, artinya bisa menyimpan air sekaligus juga mempunyai drainase (kemampuan mengalirkan air) dan aerasi (kemampuan mengalirkan oksigen) yang baik. Media tanam harus bisa mempertahankan kelembaban tanah namun harus bisa membuang kelebihan air. Media tanam yang porous mempunyai rongga kosong antar materialnya. Media tersebut tersebut isa ditembus air, sehingga air tidak tergenang dalam pot atau polybag. Namun disisi lain ronga-rongga tersebut harus bisa menyerap air (higroskopis) untuk disimpan sebagai cadangan dan mempertahankan kelembaban.
§  Menyediakan unsur hara yang cukup baik makro maupun mikro. Unsur hara sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Unsur hara ini bisa disediakan dari pupuk atau aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam media tanam.
§  Tidak mengandung bibit penyakit, media tanam harus bersih dari hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang terkandung dalam media tanam dapat menyerang tanaman dan menyebabkan kematian pada tanaman. Media tanam tidak harus steril karena banyak mikrooganisme tanah yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi tanaman, namun harus higienis dari bibit penyakit.
Literatur ini telah menjawab pertanyaan kita mengapa pertumbuhan kedelai di media tanah lebih cepat dari pada tanama kedelai pada media pasir, tanah hampir memnuhi seluruh syarat sebagai media tanam yang baik, berbanding terbalik dengan pasir yang hampir tidak memenuhi keseluruhan kriteria media tanam tang baik. Tetapi menggabungkan tanah dan pasir akan sangat baik untukpertumbuhan tanaman kedelai.


BAB V
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1.    Proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang hijau dimulai dengan tumbuhnya akar, batang, baru kemudian daun. Proses tersebut memerlukan waktu yang berbeda.
2.    Proses pertumbuhan tanaman kedelai pada media tanah lebih cepat dari pertumbuhan tanaman kedelai pada media pasir.


 5.2 Saran-saran
Dari kesimpulan yang didapat maka penulis memberikan saran berikut ini:
1.    Pada proses budidaya pemilihan dan pengolahan media yang baik akan membantu meningkatkan hasil produksi.
2.    Penelitian ini masih bersifat rintisan maka perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut agar lebih baik.




Daftar Pustaka


 Ayunitaas,2013.Laporan Penelitian Pengaruh Air. http://ayunitaas.blogspot.com/2013/05/laporan-penelitian-pengaruh-air.html, diakses 3 Desember 2015
Bambang, suharno dkk.2006. Biologi SMA jilid 3 untuk Kelas XII. Pusat Perbukuan Departermen Nasional
Fatimah, Siti, Dkk. 2008. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sambiloto (Andrographis Paniculata, Nees). Embriyo Vol.5 No.2.
Fitribby.2013. biologi pengaruh berbagai media tanam. http://fitribby.blogspot.com/2013/04/biologi-pengaruh-berbagai-media-tanam.html diakses 3 Desember 2015
Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Jakarta : Depdiknas.
Kistinnah, Indun, ending sri lestari. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.Pusat Perbukuan Departermen Nasional.
Nurwandani, Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman Dan Produksi Benih. Jakarta : Depdiknas.
Nusifera, Sosiawan. 2001. Respon Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Terhadap Pupuk Daun Nutra-Phos N Dengan Konsentrasi Bervariasi. Jurnal Agronomi 8 (1) : 27-
Pratiwi, D.A, dkk.2007. Biologi Jilid 1 Kelas X.Jakarta : erlangga
Setiawan, Eko. 2009. Pengaruh Empat Macam Pupuk Organic Terhadap Pertumbuhan Sawi(Brassica Juncea L).  Embryo Vol 6. No.1.
Susila, Anas, D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bogor : IPB.
Syamsuri, Istamar, dkk.2004. BIOLOGI 3A.Jakarta : erlangga
·